Review Buku: JANGAN PERNAH MENYERAH
Judul Buku : Sebab Allah Bersama Kita - Jangan Pernah Menyerah!
Pengarang : Aldilla Dharma Wijaya
Penerbit : Qultum Media
Kota: Jakarta
Tahun: 2016
Halaman: 201 halaman
Pada bab
pertama, bab ini terdiri dari 4 sub bab. Bab ini membahas tentang Siapakah Kita?,
Ini merupakan pertanyaan yang simple tetapi
menyimpan makna yang mendalam. Terkadang kita lupa siapa kita? kenapa kita
diciptakan?.
Penulis
mencontohkan seorang hamba yang lupa dengan tujuan penciptaannya seperti seseorang
yang sedang berada di sebuah jalan yang panjang dan tak berujung. Kita berjalan
tanpa tahu tujuan akhirnya. Itu sangat membuang-buang waktu dan tenaga. Mungkin
bukan jalannya yang tak berujung tetapi kita yang tidak menentukan ujungnya.
Kita tidak tau arah, sehingga kita terus berjalan tanpa mengetahui ke mana
harus melangkah. Seperti yang sering kita dengan saat ini “Udah, yang penting happy aja dulu, mumpu masih muda”. Melihat
kondisi demikian, penulis mengatakan tidak heran jika manusia banyak yang
terlihat happy tapi sebenarnya
kosong. Kosong yang dimaksud yaitu tidak membawa energy apa pun.
Tujuan
penciptaan manusia, yaitu agar manusia mengenal siapa penciptanya terdapat pada
surah Ath-Thalaq[65]:12, sebagai khalifah Allah terdapat pada surah Al-Baqarah
[2]: 30, dan beribadah kepada Allah semata.
Jadi, sampai kapan kita terus seperti ini ? lupa dengan
tujuan penciptaan kita. Jika tidak sekarang, kapan kita akan berubah?. Ini
merupakan judul sub bab yang menjadi pertanyaan besar untuk saya. Penulis mengajak
pembaca berpikir tentang tujuan hidupnya, sampai kapan terus seperti ini, dan kapan akan berubah.
Ketika sedang berada di zona nyaman, nampaknya memanjakan
dari luar namun sejatinya menghancurkan dari dalam. Jika berani mengambil
resiko dan bergerak keluar dari zona nyaman, anda akan melihat betapa hidup dan
kebahagiaan dapat meluas.
Penulis memberikan motivasi kepada teman-teman yang ingin berubah, bahwa mereka
harus segera melangkah, buatlah hal-hal baru, tinggalkan zona nyaman tersebut
dan jadilah manusia yang baru.
Pada bab kedua, bab ini terdiri dari 6 sub bab.
Kesimpulan bab ini penulis membahas tentang cara berubah menjadi lebih baik. Di
dalam buku ini, Ada 6 langkah berubah menjadi lebih baik yaitu, rajin mencari
ilmu, perhatikan teman bergaul, niat dan tekat yang kuat, belajar dari
pengalaman orang-orang yang berhijrah, jangan lelah berdoa, dan rutin mengikuti
pengajian.
Terkadang banyak orang yang tidak mau berubah, karena muncul gambaran bahwa
melakukan itu susah. Ada dinding yang menghalangi sehingga tidak bisa untuk berubah. Untuk menghancurkan
dinding tersebut kita harus memiliki tekad yang kuat dan berdoa.
Pada bab
selanjutnya yaitu terdiri dari 6 sub bab, penulis membahas tentang cara mengoptimalkan
ibadah, yaitu dengan menyempurnakan ibadah wajib dan melakukan amalan sunah.
Saya sangat tertarik dengan kutipan yang ada di buku ini yaitu “Ketika engkau
tidak mengetahui harus memulai dari mana untuk memperbaiki diri maka mulailah
untuk memperbaiki shalatmu”.
Al-Qur’an
memberikan tempat utama kepada ibadah shalat ini. Demikian pula Rasulullah Saw.
Dalam Al-qur’an tersebut tak kurang dari 234 ayat mengenai Shalat.
Di dalam Al-Qur’an shalat memiliki berbagai fungsi diantaranya yaitu, shalat pencegah dari perbuatan keji dan
mungkar (QS.Al-‘Ankabut [29]: 45), agar senantiasa mengingat Allah (QS.Thaha
[20]: 14), serta menjauhkan diri dari sifat sombong (QS.AL-Hajj [22]: 77).
Penulis menekankan Shalat harus perlu keseriusan,
bukan hanya sekedar gerakan shalat tetapi menghayati isi yang terkandung dalam shalat
tersebut. Shalat merupakan perjalanan ruhani menuju Allah dan proses perjalanan
spiritual yang penuh makna yang dilakukan seorang manusia untuk menemui Tuhan
Semesta Alam.
“Sesungguhnya Aku ini
adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Q.S.Thaha [20]: 14)
Dan juga penulis
percaya bahwa mengamalkan sunah-sunah Rasulullah Saw akan membuat bersemangat
dalam berhijrah menjadi lebih baik. Penulis juga memberikan amalan-amalan yang
dapat diamalkan sehari-hari yaitu, menjaga wudhu, Shalat tahajud dan witir,
Shalat Dhuha, Tadabur Al-Qur’an, dan Puasa Senin-Kamis. Kita tau bahwa shalat
tahajud menyimpan keagungan dan
kemuliaan yang luar biasa. Kedudukannya meskipun sebagai ibadah sunnah namun
Rasulullah tak sekalipun meninggalkannya.
Dan juga shalat dhuha yaitu shalat yang dilaksanakan pagi hari karena di pagi
hari kita harus mengawali hidup dengan jiwa yang bersih sehingga Allah
melimpahkan kesejahteraan hidup.
Sungguh
melaksanakan amalan sunnah memang banyak manfaatnya. Tetapi apakah kita bisa
istiqomah dalam menjalankannya?. Salah satu kutipan yang sangat menyentuh di
buku ini yaitu dari Oase Tarbiyah “Seseorang yang istiqomah memiliki pendirian
yang stabil dalam menuju ridha Allah. Dia tidak tergoyahkan oleh usia,
lingkungan, atau ujian dan cercaan. DIa bagaikan karang yang melawan terpaan
ombak”.
Pada bab
keempat, hanya terdiri dari 3 sub bab. Penulis mengajak pembaca untuk
bernostalgia, mengingat-ingat impian masa kecil. Ingatkah dulu, saat kecil kita
memiliki sejuta mimpi yang diungkapkan dengan rasa optimis menatap masa depan. Penulis
mengingatkan pembaca dengan ingatan dulu, anehnya seiring berjalannya waktu,
kita semakin ragu dengan apa yang di cita-citakan. Ketika sering berkata “ya
udahlah, jalani saja apa adanya”.
Ketika
kegelisahan mulai datang menghampiri. Penulis menjawab yaitu satu-satunya cara
mengobati kegelisahan dengan berhijrah menjadi manusia yang terus ingin
berkembang. Meskipun penulis hanya menyebutkan satu-satunya cara mengobati
kegelisahan dengan “Berhijrah” tetapi ada banyak cara lain lagi yang perlu
ditempuh seperti bersabar, positive thinking, mengadu kepada Allah, dan
Dzikrullah. Agar
semua harapan bukan hanya cita-cita masa kecil namun jauh menembus batas
tersebut.
Selanjutnya pada
bab kelima yang hanya terdiri dari 3 sub bab, penulis memotivasi pembaca agar
jangan pernah menyerah. Penulis mengajak pembaca agar tidak takut untuk gagal. Penulis
memberikan contoh-contoh inspiratif dari beberapa tokoh terkenal di dunia
seperti kisah Thomas Alva Edison yang gagal membuat bola lampu beribu-ribu kali
hingga puluhan ribu kali yaitu 10.008.
Kegagalan bukan alas an untuk tidak sukses. Penulis mengingatkan untuk belajar
dari Edison yang gagal 10.008 kali dan kita hanya 2, 3 kali gagal sudah
menyerah.
Dan pada bab
terakhir terdiri dari 7 sub bab, inilah penulis benar-benar membawa pembaca
pada keadaan yang serius. Penulis mengungkapkan dengan pertanyaan “Sudah sampai
mana hijrah kita?”. Ini adalah pertanyaan yang begitu menusuk kalbu. Pembaca
dibuat sadar dengan pertanyaan tersebut, apakah kita sudah memulai untuk
berhijrah atau masih diam ditempat?. Penulis mengajak pembaca berpikir, mengapa
kita harus berhijrah? karena hijrah
adalah sebuah keniscayaan, sebab dalam diam tersimpan bermacam
keburukan. Penulis mengajak kita berpikir dengan logika dengan mengibarkan
seperti mobil yang didiamkan berhari-hari akan berkarat dan mogok. Sejatinya,
hidup adalah untuk terus bergerak agar bisa menciptakan keseimbangan. Layaknya
sepeda yang terus bergerak seimbang karena dikayuh, begitu pula hidup kita.
Kesimpulannya pada bab ini penulis mengajak pembaca untuk berhijrah dan
menyempurnakan hijrah dengan niat hanya karena Allah.
Penulis juga
menambahkan Bahasan tambahan tentang hijrah cinta berisi tentang pembahasan
mengenai perempuan yang diciptakan dari tulang rusuk dan direkomendasikan untuk para perempuan agar
menjadi sosok perempuan yang didambakan dan juga didalamnya terdapat tips
bermanfaat.
- Kelebihan dan Kekurangan Buku
Memperhatikan
dari segi penulisan, buku ini masih banyak kesalahan penulisan salah satunya
pada halaman 117, yang seharusnya “mengampuni” menjadi mengampui. Dan juga
ungkapan menggunakan bahasa inggris tidak disertakan artinya. Sehingga akan
menyulitkan pembaca yang tidak mengerti Bahasa Inggris. Meskipun demikian, Salut
atas upaya penulis dapat membuat buku ini menjadi hidup dan menyentuh hati
pembaca.
Buku ini
memiliki banyak kelebihan yaitu memiliki tampilan yang menarik dengan kertas
yang berwarna-warni dan gambar-gambar pendukung. Sehingga pembaca tidak bosan
dan mudah memahami isi dari buku tersebut. Buku ini merupakan buku bestseller
diawal tahun 2016. Buku ini Asik, Gaul, Bahasanya mudah dipahami dengan pembahasan yang menggunakan kata-kata yang ringan dan tidak menggurui. Menurut saya,
kalian yang ingin berhijrah secara totalitas, perlu membaca buku ini
sebagai motivasi . Buku ini sangat cocok untuk pemuda masa kini yang mau
berhijrah karena Allah dan mengejar cita-citanya. Selamat Membaca!.
"Apapun masalah hidup yang kita hadapi, janganlah menyerah karena Allah bersama kita, ingatlah Allah jika hati sedang gundah dan ingin menyerah."

Aldilla D. Wijaya, Jangan
Pernah Menyerah, (Jakarta: Qultum Media, 2016),h.3-4.
Q.S. Adz Dzariyat [51]: 56.
Jamal Ma’mur Amani, 13 Cara Nyata Mengubah Takdir, (Jakarta: KAWAHmedia, 2010),h.178.
Aldilla D. Wijaya, Jangan
Pernah Menyerah!, (Jakarta: Qultum Media, 2016),h.36.
Haidar Bagir, Buat
Apa Shalat?, (Depok: Mizan Pustaka,
2006),h.25.
Aldilla D. Wijaya, Jangan
Pernah Menyerah!, (Jakarta: Qultum Media, 2016),h.53.
Abu Sangkan, Pelatihan
Shalat Khusyu’, (Jakarta: Yayasan Shalat Khusyu’ & Manajemen Masjid
Baitul Ihsan Bank Indonesia, 2007),h.7.
Habib Idrus Al-Hamid, Keajaiban Shalat Tahajud, (Surabaya: Pustaka Media, 2009).h.5.
Imam Ghazali, Bertambah
Kaya Lewat Shalat Dhuha, (Mitrapress, 2008),h.30.
Aldilla D. Wijaya, Jangan
Pernah Menyerah!, (Jakarta: Qultum Media, 2016),h.92.
Zakariya Hidayatullah, Jangan
Galau, Allah Bersama Kita, (Minggu : 29
Mei 2016),pukul.19.05.http://www.voaislam.com/read/tsaqofah/2012/04/18/18704/jangan-galau-allah-bersama-kita-inilah-4-ayat-anti/;
Aldilla D. Wijaya, Jangan
Pernah Menyerah!, (Jakarta: Qultum Media, 2016),h.138.
Aldilla D. Wijaya, Jangan
Pernah Menyerah!, (Jakarta: Qultum Media, 2016),h.161.